Profil Desa Wonokromo
Ketahui informasi secara rinci Desa Wonokromo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Menelisik Desa Wonokromo di Mojotengah, Wonosobo, sebuah kawasan suburban dengan sejarah `hutan keramat`. Kini, desa ini dikenal sebagai salah satu sentra industri konveksi rumahan yang produktif dan dinamis, menjadi pilar ekonomi kreatif lokal.
-
Sentra Industri Konveksi Rumahan
Desa Wonokromo telah berkembang menjadi sebuah klaster industri konveksi dan garmen skala rumahan yang signifikan, digerakkan oleh keterampilan menjahit warganya yang diwariskan secara turun-temurun.
-
Kawasan Suburban Terintegrasi Kota
Lokasinya yang strategis dan berbatasan langsung dengan wilayah perkotaan Wonosobo menjadikan Wonokromo sebagai zona permukiman suburban yang ekonominya sangat terintegrasi dengan pasar kota.
-
Warisan Nama "Hutan Keramat"
Nama desa yang unik, "Wonokromo," memberikan identitas historis dan budaya yang kuat, merujuk pada masa lalunya sebagai sebuah kawasan hutan yang dihormati atau disakralkan.
Di balik namanya yang sarat akan nuansa sejarah dan kesakralan, Desa Wonokromo kini berdenyut dengan ritme yang jauh lebih modern. Nama "Wonokromo", yang dapat diartikan sebagai "hutan yang dihormati" atau "hutan keramat", seolah membisikkan kisah masa lalu tentang sebuah kawasan yang teduh dan disegani. Namun jika telinga didekatkan pada realitas desa di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo ini, suara yang terdengar hari ini bukanlah desau angin di hutan belantara, melainkan deru konstan dari ratusan mesin jahit yang bekerja. Desa Wonokromo telah bertransformasi secara fundamental, dari sebuah legenda tentang hutan menjadi pusat realitas industri konveksi rumahan yang produktif. Desa ini merupakan contoh sempurna bagaimana sebuah komunitas di gerbang selatan kota mampu merajut masa depan ekonominya dengan benang keterampilan dan semangat kewirausahaan.
Geografi di Beranda Selatan Kota Wonosobo
Posisi geografis merupakan salah satu aset terbesar Desa Wonokromo. Terletak di ujung selatan Kecamatan Mojotengah, wilayahnya berbatasan langsung dengan Kecamatan Wonosobo, menjadikannya beranda atau gerbang masuk menuju ibu kota kabupaten dari arah selatan. Luas wilayah Desa Wonokromo tercatat sekitar 1,84 kilometer persegi. Kedekatan ini memberikan akses yang tak tertandingi ke pusat-pusat ekonomi, pendidikan dan pemerintahan, yang secara signifikan membentuk karakter sosial dan ekonominya.Secara administratif, Desa Wonokromo dikelilingi oleh desa dan kelurahan yang sangat strategis. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Bumirejo. Di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Kalierang. Sementara di sisi selatan dan barat, berbatasan langsung dengan kelurahan-kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Wonosobo, seperti Kelurahan Jaraksari.Populasi Desa Wonokromo yang padat dan terus bertumbuh mencerminkan fungsinya sebagai kawasan permukiman suburban. Banyak di antara warganya merupakan kaum urban yang bekerja di kota, namun memilih tinggal di Wonokromo karena suasananya yang masih menyisakan ketenangan pedesaan. Di sisi lain, penduduk asli terus mengembangkan potensi ekonomi lokal, menciptakan sebuah desa yang tidak hanya menjadi `kamar tidur` bagi para komuter, tetapi juga sebuah `ruang kerja` yang produktif.
Jejak `Wono Keramat`: Menelusuri Makna di Balik Nama
Nama Wonokromo diyakini oleh masyarakat setempat berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa: "Wono" yang berarti hutan, dan "Kromo" yang bisa merujuk pada kata kramat atau keramat (sakral). Menurut cerita tutur yang diwariskan dari generasi ke generasi, pada zaman dahulu sebagian besar wilayah desa ini merupakan hutan lebat yang dianggap memiliki nilai spiritual yang tinggi. Hutan tersebut tidak boleh dimasuki atau diganggu sembarangan dan menjadi tempat yang dihormati oleh masyarakat dari wilayah sekitarnya.Versi lain dari legenda menyebutkan bahwa nama tersebut terkait dengan makam atau petilasan seorang tokoh penyebar agama atau pemimpin karismatik bernama "Kiai Kromo" yang berada di tengah hutan tersebut. Sosoknya yang dihormati membuat hutan tempatnya bermukim atau dimakamkan turut menjadi kawasan yang dikeramatkan. Meskipun bukti fisik dari legenda ini mungkin sulit dilacak secara pasti, narasi historis ini telah membentuk identitas budaya yang kuat dan memberikan kebanggaan tersendiri bagi warga Desa Wonokromo.
Deru Mesin Jahit: Pilar Ekonomi Kreatif Desa
Realitas ekonomi Desa Wonokromo saat ini didominasi oleh gemerisik kain dan deru mesin jahit. Desa ini telah menjelma menjadi salah satu sentra industri konveksi skala rumahan yang paling dikenal di Wonosobo. Puluhan, bahkan ratusan, rumah tangga menjadikan aktivitas menjahit sebagai sumber pendapatan utama atau tambahan yang sangat signifikan.Produk yang dihasilkan sangat beragam, mulai dari pakaian jadi sehari-hari, seragam sekolah, seragam kantor, kaos oblong, hingga pesanan khusus untuk berbagai komunitas atau acara. Model bisnis yang dijalankan pun bervariasi. Ada yang bekerja secara mandiri dengan menerima pesanan langsung dari konsumen, ada yang menjadi mitra penjahit (maklun) untuk pengusaha konveksi yang lebih besar, dan ada pula yang telah berhasil membangun merek mereka sendiri dalam skala kecil. Geliat industri ini menciptakan sebuah ekosistem ekonomi yang melibatkan banyak pihak, mulai dari pemasok bahan, penjahit, hingga pemasar.
Keterampilan Menjahit sebagai Modal Sosial
Kekuatan utama industri konveksi di Wonokromo terletak pada modal manusianya. Keterampilan menjahit menjadi sebuah aset sosial yang diwariskan dan diajarkan secara luas di tengah komunitas. Keahlian ini tidak hanya dipelajari melalui jalur formal, tetapi lebih banyak melalui proses informal dari orang tua ke anak, atau antar tetangga. Banyak perempuan di desa ini yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga berkat keahlian mereka mengoperasikan mesin jahit.Seorang ibu rumah tangga yang juga pemilik usaha konveksi rumahan menuturkan, "Keterampilan ini sudah seperti kewajiban di sini. Dari gadis sudah belajar menjahit. Awalnya hanya untuk kebutuhan sendiri, tapi kemudian melihat ada peluang pasar, akhirnya berani terima pesanan. Sekarang alhamdulillah bisa untuk membantu biaya sekolah anak dan kebutuhan dapur." Fenomena ini menunjukkan bagaimana sebuah keterampilan dapat menjadi instrumen pemberdayaan ekonomi yang efektif, khususnya bagi kaum perempuan.
Ekonomi Hibrida: Antara Konveksi, Jasa, dan Sisa Agraris
Meskipun industri konveksi menjadi bintangnya, perekonomian Desa Wonokromo bersifat hibrida. Selain para pengusaha dan pekerja konveksi, sebagian besar penduduknya merupakan komuter yang bekerja di berbagai sektor di pusat kota Wonosobo. Pendapatan dari sektor formal ini turut menyumbang pada daya beli dan perputaran ekonomi di dalam desa.Sektor jasa dan perdagangan juga tumbuh subur untuk melayani kebutuhan populasi yang padat. Toko kelontong, warung makan, jasa laundry, dan berbagai usaha lainnya mudah ditemukan. Di tengah kepungan permukiman dan industri, sektor pertanian masih bertahan dalam skala kecil. Beberapa warga masih mengelola petak-petak lahan yang tersisa untuk menanam sayuran atau buah-buahan, sebagai penopang ketahanan pangan keluarga atau dijual di pasar terdekat.
Dinamika Kehidupan Suburban yang Religius
Sebagai sebuah desa suburban, Wonokromo menampilkan dinamika sosial yang merupakan perpaduan antara nilai-nilai tradisional dan gaya hidup modern. Namun, satu hal yang tetap menonjol ialah kehidupan religius masyarakatnya yang kuat. Kegiatan di masjid-masjid dan majelis taklim berjalan dengan sangat aktif dan menjadi pusat interaksi sosial yang penting, tempat warga menjalin silaturahmi dan memperkuat ikatan komunal.Di sisi lain, organisasi kepemudaan seperti Karang Taruna juga aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan, mulai dari olahraga hingga pelatihan kewirausahaan, sebagai wadah bagi generasi muda untuk menyalurkan energi positif dan mempersiapkan diri menghadapi masa depan. Harmoni antara modernitas, produktivitas ekonomi, dan ketaatan pada nilai-nilai spiritual menjadi ciri khas kehidupan sosial di Desa Wonokromo.